Thursday, October 27, 2016

Jangan Dibaca, Tulisan Ini Hoax!

Berkembangnya teknologi komunikasi membuat mengirim pesan menjadi lebih cepat, murah, dan mudah. Sayangnya hal ini membuat banyak oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk menyebarkan berita hoax, palsu, kontroversial, yang menimbulkan keresahan pembacanya.

Tidak jarang berita atau pesan tersebut bersifat menjatuhkan nama baik orang lain, atau menjelekkan produk-produk tertentu. Si Oknum dengan lihainya mencatut nama orang terkenal atau lembaga besar supaya lebih meyakinkan. Dan benar saja, dalam waktu sebentar pesan tersebut dibaca dan dibagikan lagi oleh orang-orang yang menelan bulat-bulat isi pesan tersebut.

Tak jarang yang ikut menyebarkan dan percaya itu orang-orang berpendidikan dan dari kalangan akademisi. Nah, kalau orang-orang yang harusnya bisa lebih kritis saja meyakini begitu isi pesan meresahkan yang belum tentu kebenerannya, bagaimana dengan orang lain?

Apa sulitnya sih mencari info terkait kebenaran sebuah pesan? di zaman canggih seperti sekarang ini dengan mudahnya kita dapat membaca jurnal atau berita. Kalau ada pesan meragukan terkait kehalalan suatu produk, sekarang kita bisa cek loh via aplikasi Halal MUI. Kalau meragukan keamanan produk, cek di website Badan POM. Semua bisa asal ada kemauan, jangan sampai kita dengan mudahnya percaya, dan bahkan menyebarkan informasi hoax yang menyesatkan. Mungkin maksudnya baik, supaya orang lain juga mendapat informasi terkait produk-produk 'berbahaya,' tapi jangan sampai niatan baik tersebut malah membuat kita merugikan orang lain. Kuncinya mudah, perbanyak membaca dan berpikir kritis!


Friday, October 21, 2016

Mengurus SIM Hilang di Daan Mogot: Ketika SIM dan KTP Beda Kota

Akhir bulan lalu saya kehilangan dompet yang berisi kartu-kartu penting termasuk E-KTP dan SIM. Padahal E-KTP sudah berlaku seumur hidup dan SIM juga baru saja saya perpanjang di bulan April lalu. Mau tidak mau saya harus mengurus ulang kartu-kartu itu. Nah berikut langkah-langkah yang saya lakukan:

Mengurus surat kehilangan ke Polisi setempat
Saya mendapatkan 3 surat asli yang dapat saya gunakan untuk mengurus KTP, SIM, juga mengaktifkan kartu-kartu lain yang hilang. Surat ini hanya berlaku selama 21 hari, jadi kalau mengurus kartu-kartu penting yang hilang melewati 21 hari, kita harus mengajukan surat kehilangan baru.

Mengurus E-KTP di kecamatan, (bawa KK, surat kehilangan, surat pengantar RT, RW dan Kelurahan).
Mengurus E-KTP di Kecamatan tempat saya tinggal harus datang dari pagi2 sekali untuk ambil nomor antrian. Dalam 1 hari hanya ada 150 antrian, saya yang datang di jam 7 dapat nomor ke 134.
Saat sampai di depan meja petugas, saya hanya diminta konfirmasi data, tanpa foto lagi, dan diberi formulir untuk pengambilan E-KTP di bulan Januari 2017 karena blanko nya habis.

Mengurus SIM di Daan Mogot, kebetulan KTP saya Bogor, tapi bulan April lalu saya memperpanjang SIM di Gandaria City, dan mendapatkan SIM Jakarta. Saya lantas diminta mengurus SIM yang hilang di Daan Mogot, Jakarta Barat oleh petugas polisi di Gandaria City.
Sampai di Daan Mogot, saya mendatangi loket kesehatan, namun petugas di loket mengatakan untuk menanyakan pada polisi piket dulu, karena KTP dan SIM saya yang beda lokasinya. Saat saya tanyakan polisi piket, katanya saya harus urus di Bogor dan cabut berkas dulu di gedung utama.
Waduh!
Datanglah saya ke gedung utama dan bertemu polisi yg bertugas membagikan name tag. Saya ceritakan pada Pak Polisi permasalahan saya, dan beliau menyarankan saya untuk bertanya ke loket 21. Saya curcol lagi ke Pak Polisi 21, Alhamdulillah beliau berkata bahwa dalam kasus saya pengurusan SIM dapat diselesaikan di Daan Mogot.

Nah, berikut langkah-langkah mengurus SIM hilang di Daan Mogot:
1. Bayar biaya tes kesehatan Rp. 25rb. Letak loket tak jauh dari gerbang utama, di kiri jalan,
2. Tes kesehatan (ukur tensi dan tes mata), letak tepat di sebelah loket pembayaran kesehatan.
Saya agak kurang paham faedah dari tes kesehatan ini. Karena seingat saya waktu perpanjang SIM di bulan April lalu tidak ada tes kesehatan, tapi pas SIM hilang kok ada tes kesehatan ya? apakah karena menghilangkan sim diragukan ketajaman mata dan tensi darahnya? SIM hilang = mata sliwer?
3. Lanjut ke gedung utama, ambil name tag dan menuju loket BRI untuk bayar formulir Rp. 80 ribu. Letak loket BRI ada di paling ujung, dengan ATM BRI di depannya
4. Ke Loket 30 yang letaknya persis di sebelah loket BRI, tukarkan kwitansi dengan formulir.
5. Isi formulir, untuk yang bingung ada contoh pengisian formulir dicetak besar di tengah ruangan
6. Naik ke lantai 2, ke ruang arsip untuk legalisir formulir yang sudah kita isi
7. Menyerahkan formulir yang sudah dilegalisir ke loket 21 di lantai 1
8. Ambil foto, sidik jari, dan tanda tangan,
9. Ambil SIM yg sudah jadi di gedung seberang

Tips:
- Datang pagi2. Kemungkinan antrian belum terlalu banyak. Saya sampai di tempat pukul 8.30 dan SIM saya dapat diambil pada pukul 9.30. Sudah termasuk dilempar sana-sini terkait dimanakah saya harus mengurus SIM, Bogor atau Jakarta.
- Siapkan semua fotokopi yang dibutuhkan, jadi sampai di tempat tidak perlu lagi antri fotokopi:
a. Surat keterangan hilang dari polisi
b. KTP. Jika KTP hilang dan belum jadi seperti saya, bawa juga fotokopi tanda terima KTP, dan Kartu Keluarga
c. SIM lama yang hilang
- Bawa Pulpen
- Pakai baju yang rapih, dan untuk yang wanita make-up juga, supaya foto di sim nya gak malu2in hehe. Plus karena background foto berwarna biru kalau bisa jangan pakai baju warna biru juga nanti kesannya baju kita menyatu sama background :P

Kesan:
- Pelayanan cepat dan tidak ada pungli, ditambah dengan muter2 menanyakan dimana saya harus mengurus SIM, waktu yang saya habiskan hanya 1 jam saja. Kalau SIM dan KTP saya sama-sama Jakarta, mungkin setengah jam sudah selesai
- Polisinya ramah-ramah.
- Informasi agak simpang siur, dan saya agak bingung mencari loket2nya karena memang ada banyak sekali loket di sana.


Tuesday, October 11, 2016

And The Mountains Echoed: Another Heartwarming Stories from Khaled Hosseini

Khaled Hosseini was famous for his heartwarming novel The Kite Runner which was adapted to a movie. I had never read Hosseini's novel before, but I remember watching Kite Runner movie when I was in the Junior High and I love it. So when I find his novel was on big sale (the hardcover price was cheaper than the mass-market edition), I bought it without lots of thinking.

So And The Mountains Echoed is a heartwarming and beautiful story about the bond between siblings. What I don't really like is the time in the story which is a bit confusing, and there are lot of characters that make me think, why these persons need to be included in the story? Where are Abdullah and Pari? But the end of the story answered all of my questions.

The story is about Abdullah and his little sister, Pari, who spent their childhood in Kabul, Afganishtan. Abdullah loves Pari so much, she often collected various feathers of birds for her beloved sister, because Pari loved it. Until one day, the destiny separated these two siblings. Pari grew up in Paris did not know that she had a brother, but deep inside her heart she always felt something missing, someone she love, her family, other than her mother. Abdullah then moved to USA and still always thinking about her little sister.

The destiny finally sent Pari back to her brother. While Pari finally acknowledged that she has a brother, her brother remembers nothing. Abdullah's daughter whose name is also Pari, gave Pari a box of feathers from various birds, intended for his beloved missing sister. Pari did not understand what the meaning of the box, but Pari knew that deep inside Abdullah's heart, he always loves her, as her beloved big brother.

Monday, October 10, 2016

Exploring Jakarta with Jakarta Good Guide

I always love exploring cities. Because I think it is very fun to visit city landmarks and interesting spots, see different culture in every places I visited, tasting local food, and discovering "hidden treasures"

I have been living in Jakarta since 2014, tough I went to my parents home in Bogor at the weekend. One of my wishlists while living in Jakarta is exploring this Capital City of Indonesia. And thanks to my friend who introduced me to Jakarta Good Guide, a tour guide organization that will guide you exploring Jakarta by walking!

And it's time for walk. I was asked by H, the Jakarta Good Guide member to meet up at Museum Polri, our walking tour this time was Blok M area. At Museum Polri (or Police Museum) we were guided by the policewoman who looked grumpy but actually funny (wajah galak tapi hati lawak :p).
She was very informative and made the tour around the museum very fun. Since the policewoman cannot speak English (but she can speak Chinese), the foreigner was guided by a member of Jakarta Good Guide

Explore Jakarta
The Statue of Sutarman, the first Head Police of Indonesia, he was so tall almost 200 cm

Quotes
Quotes from Hoegeng, one of the most honest police in Jakarta:
"It is good to be an important person, but it is more important to be a good person"

Kriminal Indonesia
Fingerprints, Photo, some information of the first criminal defendants in Indonesia

After Museum Polri, we continued our walk through Mabes Polri (Indonesian Police Headquarter) in front of the Headquarter there is Gajah Mada statue, which has a unique history behind, The face of Gajah Mada actually was taken from Kombes Pol M. Yasin. The statue maker almost meet the deadline to make the statue, but he could not finish becaus he was not sure how Gajah Mada's face should be, then he asked M. Yasin to lend his photo, then voila the statue of Gajah Mada was finished on time with M. Yasin face on it.
Mabes Polri
The Giant Gajah Mada Statue

We then continued our walk to Al Azhar mosque, then to ASEAN headquarter, our guide also told us the history of the ASEAN making and the current situation of ASEAN agreement, we then went to Martha Tahahu park, who died when she was 17 years old, Martha's father was executed by the dutch, the dutch actually was planned to executed her too, but since she was so young, the dutch let her alive. Martha then lead the army to fight the dutch, but her army was lose, and she was exiled. On the way, on the boat, Martha refused to eat, and died on the way to the island. The dutch then entomb her in the sea with tribute.


Blok M


Next to Martha Tahahu park there is Blok M area. Blok M is one of the most famous area in Jakarta. In the early 1990s Blok M was the first area where with shopping mall in South Jakarta. Blok M was on of the housing area planned by the dutch. At first there are 19 blocks from A to S for housing area, but now only three left, including Blok M. At Blok M, there are several parks, shopping area, and lot of Japanese restaurants. The Japanese restaurants around Blok M has the original taste from Japan, which makes lot of Japanese visiting this place, and maybe that's why this area was called Little Tokyo. The walking tour actually should finished at Taman Ayodya, the first park with WiFi in Jakarta, but since it was raining. The tour stopped in front of the first 7-eleven in Indonesia which located near SMAN 6 & SMAN 70. The guide also told the stories of those two high school and the interesting places around there.

The tour was interesting and the guide was quite informative. This tour is a good choice if you want to refresh your mind, and refresh your memory (of history, of course). Jakarta Good Guide is a Good Alternative of Exploring Jakarta. Cannot wait for my next trip!

If you wanna join you may check their schedule on their website: https://jakartagoodguide.wordpress.com/ 


At Ayodya Park, went to this place with my new friend from the trip, D.