Berkembangnya teknologi komunikasi membuat mengirim pesan menjadi lebih cepat, murah, dan mudah. Sayangnya hal ini membuat banyak oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk menyebarkan berita hoax, palsu, kontroversial, yang menimbulkan keresahan pembacanya.
Tidak jarang berita atau pesan tersebut bersifat menjatuhkan nama baik orang lain, atau menjelekkan produk-produk tertentu. Si Oknum dengan lihainya mencatut nama orang terkenal atau lembaga besar supaya lebih meyakinkan. Dan benar saja, dalam waktu sebentar pesan tersebut dibaca dan dibagikan lagi oleh orang-orang yang menelan bulat-bulat isi pesan tersebut.
Tak jarang yang ikut menyebarkan dan percaya itu orang-orang berpendidikan dan dari kalangan akademisi. Nah, kalau orang-orang yang harusnya bisa lebih kritis saja meyakini begitu isi pesan meresahkan yang belum tentu kebenerannya, bagaimana dengan orang lain?
Apa sulitnya sih mencari info terkait kebenaran sebuah pesan? di zaman canggih seperti sekarang ini dengan mudahnya kita dapat membaca jurnal atau berita. Kalau ada pesan meragukan terkait kehalalan suatu produk, sekarang kita bisa cek loh via aplikasi Halal MUI. Kalau meragukan keamanan produk, cek di website Badan POM. Semua bisa asal ada kemauan, jangan sampai kita dengan mudahnya percaya, dan bahkan menyebarkan informasi hoax yang menyesatkan. Mungkin maksudnya baik, supaya orang lain juga mendapat informasi terkait produk-produk 'berbahaya,' tapi jangan sampai niatan baik tersebut malah membuat kita merugikan orang lain. Kuncinya mudah, perbanyak membaca dan berpikir kritis!
No comments:
Post a Comment